Pemenuhan Gizi Sejak Dini Melalui Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Guna Mewujudkan Generasi Emas 2045

Rizky H1031161014
rizky.pratama.rp71@gmail.com

Bangsa yang maju akan tercapai dengan tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan manusia yang berkualitas tidak terlepas dari upaya pembangunan kesehatannya. Pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai prioritas urutan pertama dalam pembangunan kesehatan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa anak yang sehat akan menghasilkan manusia yang berkualitas. Namun, upaya perbaikan masalah kesehatan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dianggap terlambat jika dimulai ketika anak memasuki masa sekolah. Oleh karenanya, kesehatan anak penting diperhatikan sejak dini, yaitu ketika anak masih berada pada masa yang sering disebut “Window of Opportunity” atau masa emas pertumbuhan anak yang berlangsung selama anak masih berada didalam kandungan hingga berusia dua tahun. Hal ini turut disebutkan dalam slogan “1000 days can shape a child’s future” (Claudia, 2012).

Berdasarkan laporan Nutrition in the First 1000 Days of the World’s Mothers tahun 2012 menyatakan bahwa kejadian stunting dipengaruhi oleh kondisi pada masa 1000 hari kehidupan yaitu mulai yaitu mulai janin berada dalam perut atau ketika wanita dalam kondisi hamil sampai anak tersebut berusia 2 tahun dan masa ini disebut dengan masa windows critical, oleh karena pada masa ini terjadi perkembangan otak atau kecerdasan dan pertumbuhan badan yang cepat, sehingga pada masa ini bila tidak dilakukan asupan nutrisi yang cukup oleh ibu hamil, pemberian ASI Eksklusif dan pemberian MPASI dan asupan nutrisi yang cukup sampai anak berusia 2 tahun maka potensial terjadi stunting (Imtihanatun, 2012).

Stunting adalah masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Anak yang menderita stunting akan lebih rentan terhadap penyakit dan ketika dewasa berisiko untuk mengidap penyakit degeneratif. Dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi dampak jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendek yaitu: (a)peningkatan kejadian kesakitan dan kematian; (b)perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal; dan (c)peningkatan biaya kesehatan.  Dampak jangka panjang : (a)postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan pada umumnya; (b) Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya; (c) Menurunnya kesehatan reproduksi; (d) Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah; dan (e) Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.

Bisa dibayangkan, bagaimana kondisi sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang jika saat ini banyak anak Indonesia yang menderita stunting. Dapat dipastikan bangsa ini tidak akan mampu bersaing dengan bangsa lain dalam menghadapi tantangan global. Kejadian balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia. Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, pendek memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk. Prevalensi balita pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada tahun 2017.

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. Pemberian MP-ASI yang cukup kualitas dan kuantitasnya penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang sangat pesat pada periode ini, tetapi sangat diperlukan hygienitas dalam pemberian MP-ASI tersebut. Sanitasi dan hygienitas MP-ASI yang rendah memungkinkan terjadinya kontaminasi mikroba yang dapat meningkatkan risiko atau infeksi lain pada bayi. Selama kurun waktu 4-6 bulan pertama ASI masih mampu memberikan kebutuhan gizi bayi, setelah 6 bulan produksi ASI menurun sehingga kebutuhan gizi tidak lagi dipenuhi dari ASI saja. Peranan makanan tambahan menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi tersebut (Winarno, 1987).

Makanan pendamping ASI dapat disiapkan secara khusus untuk bayi, namun teksturnya disesuaikan dengan usia bayi dan kemampuan bayi dalam menerima makanan (Brown dkk, 1998). Badan Kesehatan Dunia (WHO) menerapkan standar MP-ASI untuk bayi yaitu harus mengandung protein, energi, dan nutrisi yang cukup. Tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus, dengan demikian makanan tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total pada anak dengan jumlah yang didapatkan dari ASI (WHO, 2003) sekaligus menanamkan kebiasaan makan yang baik (Utami, 2011). Pemberian MP-ASI sangat dianjurkan untuk penderita KEP (Kekurangan Energi Protein), terlebih bayi berusia enam bulan ke atas dengan harapan MP-ASI ini mampu memenuhi kebutuhan gizi dan mampu memperkecil kekurangan zat gizi (Ziegler dkk, 2000).

Jenis-jenis bahan alam yang dapat digunakan sebagai olahan tepung untuk mp-asi kaya akan protein dan micronutrien yaitu ubi jalar ungu, kacang kedelai, biji kecipir, biji nangka, kacang hijau, beras merah, bayam, bayam merah, biji jagung, dan masih banyak lagi potensi lokal lainnya yang dapat menjadi produk olahan MP-ASI. Keunggulan MP-ASI dengan bahan alam lokal yaitu dapat memenuhi kebutuhan zat gizi mikro dan makro yang berdampak terhadap imun tubuh, fisik dan psikologi dari orang yang mengkonsumsi gizi seimbang sejak dini.

Pembuatan MP-ASI bubuk instan dilakukan dengan mencampurkan tepung dari bahan olahan kaya akan makronutrein (protein) dan mikronutrien dengan variasi tertentu. Pengonsumsiannya dilakukan dengan cara diseduh air panas. Karakteristik produk yang dibuat harus mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 224/Menkes/SK/II/2007 tentang Spesifikasi Teknis Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), yang diantaranya adalah sebagai berikut.
1. MP-ASI bubuk instan berbentuk bubuk dengan distribusi partikel 95% lolos uji penyaringan 600 micrometer, dan 100% lolos uji penyaringan 1000 micrometer
2. 2. MP-ASI bubuk instan bila dicampur dengan air akan menghasilkan bubur halus tanpa gumpalan dengan kekentalan yang memungkinkan pemberian dengan sendok
3. MP-ASI bubuk instan aman dikonsumsi dalam waktu 24 bulan setelah tanggal produksi. Pengolahan MP-ASI Bubuk Instan harus sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Depkes Nomor: 02665/B/SK/VIII/91 tentang Cara Produksi Makanan Bayi dan Anak.
4. Proses pengolahan menggunakan teknologi tinggi guna memperoleh MPASI bubuk instan berkualitas.

Gagasan mengenai MP-ASI ini akan dapat terlaksana dengan baik jika mendapat dukungan dari semua pihak. Program ini tentunya sangat mengharapkan dukungan langsung dari Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan agar memberikan izin maupun bantuan lain baik materil maupun moril yang langkah kongkritnya dapat berupa pembagian bubur sehat ini kepada balita secara gratis. Perlu pula peran langsung dari Dinas Kesehatan sebagai agen yang menjalankan program kerja kesehatan yang dapat berupa sosialisasi atau memberikan penyuluhan mengenai pentingnya mengonsumsi makanan sehat serta melakukan pengecekan kondisi asupan gizi balita dan ibu secara rutin setiap bulannya.

Dinas Pertanian dan para petani sangat diharapkan peran langsungnya dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman kaya akan protein dan zat mikro maupun macronutrien demi menjamin ketersediaan bahan baku pembuatan bubur yang berkelanjutan. Hal terpenting adalah adanya dukungan dari masyarakat untuk membiasakan hidup sehat dengan lingkungan yang bersih, mengonsumsi pangan bergizi serta menjaga kesehatan agar tercapainya Indonesia sehat dan bebas gizi buruk.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diagram Terner

BAHASA KAITANNYA DENGAN SENI

Menghadapi Realitas: Efek Negatif Bermain Game Online yang Perlu Diwaspadai