Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas l)

Ubi jalar merupakan salah satu sumber karbohidrat yang mudah diperoleh masyarakat, setelah: padi, jagung, dan ubi kayu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) (2015) produksi ubi jalar di Kalimantan Barat pada tahun 2012-2014, yaitu: 15.169 ton, 15.296, dan 15.393 ton. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan produksi ubi jalar mengalami peningkatan setiap tahunnya. Adapun klasifikasi ilmiah ubi jalar dalam taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut (Apriliyanti, 2010):

Divisio : Spermatophyta

Sub-divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Tubiflorae

Famili : Convolvulaceae

Genus : Ipomoea

Spesies : Ipomoea batatas (L.) Lamb

 

Terdapat beberapa jenis ubi jalar yang dikenal masyarakat berdasarkan corak warnanya. Jenis yang paling umum adalah ubi jalar putih, merah, ungu, kuning atau orange. Komposisisi zat gizi dari varietas ubi jalar yang berbeda (putih, kuning dan ungu) hampir sama namun varietas ubi jalar ungu lebih kaya akan kandungan vitamin A yang mencapai 7.700 SI per 100 g. Jumlah ini ratusan kali lebih besar dari kandungan vitamin A bit dan 3 kali lipat lebih besar dari tomat. Setiap 100 g ubi jalar ungu mengandung energi 123 kkal; protein 1,8 g; lemak 0,7 g; karbohidrat 27,9 g; kalsium 30 mg; fosfor 49 mg; besi 0,7 mg; vitamin A 7.700 SI; vitamin C 22 mg; dan vitamin B1 0,9 mg. Kandungan betakaroten, vitamin E dan vitamin C bermanfaat sebagai antioksidan pencegah kanker dan beragam penyakit kardiovaskuler (Rahayu et al., 2012). 

Telah banyak dilakukan penelitian dalam menjadi ubi jalar ungu sebagai pangan fungsional. Salah satu jenis olahan pangan dengan menggunakan ubi jalar ungu adalah pembuatan biskuit. Walaupun kaya akan sumber mikronutrien yang tinggi biskuit berbahan dasar ubi jalar ungu memiliki kelamahan yaitu kandungan proteinnya rendah (Putri et al., 2020). Rendahnya kandungan protein ini dapat diatasi dengan penambahan bahan pangan yang kaya akan protein tinggi. Menurut Fatmala dan Adi (2017) penambahan isolat protein kedelai sebanyak 100 gram mampu meningkatkan kadar protein sebesar 11,9%. Namun kedelai memiliki harga yang mahal dipasaran sehingga diperlukan alternatif lain sebagai protein tambahan yang harganya terjangkau oleh masyarakat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diagram Terner

BAHASA KAITANNYA DENGAN SENI

Menghadapi Realitas: Efek Negatif Bermain Game Online yang Perlu Diwaspadai