Diagram Terner
NIM : H1031161014
PRODI KIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS FMIPA UNTAN
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pada saat ini
industri-industri berperan besar dalam berbagai hal untuk meningkatkan dan
memenuhi kebutuhan masyarakat banyak. Salah satu industri yang sangat
berkembang adalah industri semen. Asosiasi Semen Indonesia (ASI) memperkirakan
pertumbuhan konsumsi semen Indonesia tahun 2016 mencapai 12% bila dibandingkan
tahun lalu. Karena konsumsi semen yang terus meningkat hingga semester I 2012
industri semen tumbuh 16% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011
(kemenperin,2016).
Peningkatan
konsumsi ini akan membuat terjadinya peningkatan industri. Bahan pembuatan
semen dibagi menjadi dua yaitu bahan baku dan bahan sampingan (penolong). Bahan
bakunya adalah batu kapur (CaCO3) kemurnian 50%-60% dan tanah liat (Al2O3) kemurnian
65%-70%, sedangkan bahan penolong yaitu pasir silica (SiO2), Pasir besi (Fe2O3)
dan gypsum (CaSO4.2H20).
Salah Satu cara
yang dapat digunakan untuk membuat semen agar menjadi suatu komponen yang dapat
mencapai keseimbangan dua fase dapat digunakan diagram terner. Diagram terner
menggunakan 3 komponen baik itu padat,gas maupun cair. Diagram terner
menggunakan aturan fase untuk sistem satu komponen, sistem dua komponen dan
sistem tiga komponen. Sehingga diagram terner bisa digunakan sebagai salah satu
cara untuk membuat semen. Dari permasalahan yang ada maka dilakukanlah
percobaan diagram terner.
1.2 Tujuan
Percobaan
a) Mempelajari
perubahan campuran jika komposisinya berubah.
b) Membuat
dan menafsirkan diagram fasa dari tiga komponen (terner)
1.3 Prinsip
Percobaan
Prinsip percobaan
diagram terner yaitu penentuan dan penafsiran diagram terner dari campuran 3
komponen yaitu kloroform (CHCl3), ssam asetat (CH3COOH)
dan air (H2O) dengan metode titrimetri. Pencampuran ini berdasarkan
aturan fasa untuk mencapai kesetimbangan dan mencapai tie line. Pencampuran ini
dilakukan dengan komponen-komponen yang berbeda kepolarannya, yang dimana air
bersifat polar, asam asetat bersifat semi polar dan kloroform bersifat non polar.
CH3COOH(l) + H2O(l)
à
CH3OO-(aq) + H30+(a)
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Fasa
dan Aturan Fase
Fasa adalah porsi
sistem yang mempunyai sifat fisik dan kimia yang seragam misalnya fasa pasir
(padat) dan fasa air (cair) dalam campuran pasir-air (Hadi,2016). Fasa
didefinisikan sebagai bagian sistem yang homogen dan berdiri sendiri yang
dipisahkan dari bagian lainnya dari sistem dengan suatu permukaan batas. Jadi,
suatu sistem air dan uapnya adalah sistem dua fase. Campuran kesetimbangan dari
es,air dan uap air adalah sistem tiga fase (Cammarata,dkk,1990).
J.Willard Gibbs
dikenal sebagai orang yang membuat aturan fase yaitu petunjuk yang berguna
unutk menghubungkan pengaruh dari jumlah terkecil variabel bebas (misalnya
temperatur,tekanan dan konsentrasi) pada berbagai fase (padat,cair dan gas)
yang dapat berada dalam sistem kesetimbangan yang berisi komponen dalam jumlah
tertentu. Aturan fase diperlihatkan sebagai berikut :
F = C – P + 2 .....(1)
Dengan F adalah jumlah derajat
kebebasan dalam sistem C adalah jumlah komponen dan P adalah jumlah fase yang
ada (Cammarata,dkk,1990).
2.2 Diagram
Fasa dan Tie Line
Diagram fasa
adalah representasi grafis hubungan antara batasan lingkungan (misal:
temperatur dan kadang kadang tekanan), komposisi, daerah stabilitas fasa dan
kondisi kesetimbangannya. Diagram fasa memetakan rentang komposisi, biasanya
dalam persentase berat tiap unsur paduan. Fasa juga melibatkan fasa cair padat
maupun gas (Hadi,2016)
Diagram fase
digunakan dalam praktek untuk memformulasikan sistem yang mengandung lebih dari
satu komponen yang akan berguna bila dicapai hasil fase cair tunggal (Cammrata,dkk,1990).
Contoh khas dengan diagram fasa tiga komponen air,kloroform dan asam asetat.
Zat tersebut dalam diagram fasa diisolasi dengan baik dan tidak ada zat lain
yang masuk maupun keluar dari sistem ini (Milama,2014).
Pada diagram
terner terdapat yang namanya tie line. Tie line merupakan penentuan titik-titik
pada diagram fasa yang bertujuan menentukan derajat ionisasi dan fraksi mol.
Garis dasi menunjukkan keadaan dimana kesetimbangan komponen-komponen saat
bercampur (Cammarata,dkk,1990).
2.3 Titrasi
Titrasi merupakan analisis
dengan mengukur jumlah larutan yang diperlukan untuk bereaksi tepat sama dengan
larutan lain. Analisis ini disebut juga analisis volumetri, karena yang diukur
adalah volume larutan basa yang terpakai dengan volume tertentu larutan asam
(Syukri, S. 1999). Titrasi adalah metode penetapan kadar suatu larutan dengan menggunakan
larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya (Chandra,dkk,2012).
Titrimetri adalah
suatu cara analisis yang berdasarkan pengukuran volume larutan yang diketahui
konsentrasinya secara teliti (titran/penitar/larutan baku) yang direaksikan
dengan larutan sampel yang akan ditetapkan kadarnya. Pelaksaan pengukuran
volume ini disebut juga titrasi. Titrasi yaitu larutan penitar diteteskan
setetes demi setetes ke dalam larutan sampel sampai tercapai titik akhir
(Rusgiyono,dkk,2013).
2.4 Like
dissolve like
Like dissolve like
yang sejenis melarutkan yang sejenis. Artinya zat-zat dengan struktru molekul
yang serupa cenderung menunjukkan gaya tarik antar molekul yang serupa dan
saling melarutkan. Zat-zat dengan struktur yang tidak serupa cenderung tidak
membentuk larutan (Petrucci,1987)
konsep like
dissolve like pernah digunakan dalam penelitian Arifianti dkk (2014). Like
dissolve like yaitu senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar
dan senyawa yang bersifat non polar akan larut dalam pelarut non polar (Arifianti,dkk,2014).
2.5 Analisis
Bahan
2.5.1 Asam Asetat
Asam asetat atau lebih dikenal
sebagai asam cuka (CH3COOH) adalah suatu senyawa berbentuk cairan, tak
berwarna, berbau menyengat. Memiliki rasa asam yang tajam dan larut di dalam
air,alkohol,gliserol dan eter. Pada tekanan asmosferik titik didihnya 118,10C
(Hardoyono,2007).
2.5.2 Aquades
Aquades adalah
senyawa kimia yang memiliki rumus H2O. Aquades memiliki nama resmi yaitu aqua
destilata atau nama lainnya adalah air suling. Aquades merupakan pelarut yang
sangat baik (Ditjen POM,1979).
Aquades adalah
cairan tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Aquades akan merenggang
saat membeku dan penyimpan panas yang baik. Panas yang dibutuhkan aquades
sangat tinggi dalam proses penguapan (Ditjen POM,1979).
2.5.3 Kloroform
Klorofrom
mempunyai struktur CHCl3 dan berat molekul 119,39 gram/mol. Komposisi meliputi
10,05%C 0,84%H dan 89,10% Cl. Klorofrom disebut juga holoform disebabkan karena
brom dan klor juga bereaksi dengan metil keton,, yang menghasilkan
masing-masing bromoform (CHBr3) dan kloroform (CHCl3) (Tim penyusunan,2012).
BAB
III
METODOLOGI
3.1 Alat
dan Bahan
Alat yang
digunakan pada praktikum ini yaitu buret 50ml, corong gelas, gelas beaker
250ml, gelas ukur 100ml, pipet ukur dan pipet volume.
Bahan yang
digunakan pada praktikum ini yaitu asam asetat, aquades dan kloroform.
3.2 Prosedur
Kerja
Asam asetat saat
pencampuran ditambah dengan H2O. Komposisi komponen campuran dibuat dalam
perbandingan 1:9, 3:7, 5:5, 7:3 dan 9:1. Kemudian, kloroform diisi kedalam
buret 50ml.
Titrasi dilakukan
terhadap masing-masing campuran yang telah ditentukan. Titrasi dihentikan
ketika telah terbentuk dua fasa. Volume yang diperlukan dicatat. Fraksi mol
masing-masing tiga komponen pada diagram terner dengan perbandingan yang
berbeda dihitung.
3.3 Rangkaian
Alat
keterangan:
1. statif
2. klem
3. buret
4. erlenmeyer
|
Gambar 3.1 Alat Titrasi
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No
|
Campuran
|
Volume CHCl3
|
Mol H20
|
Mol CH3COOH
|
Mol CHCl3
|
1
|
1
: 9
|
0,3
ml
|
0,501
|
0,017
|
0,003
|
2
|
3
: 7
|
0,6
ml
|
0,389
|
0,052
|
0,007
|
3
|
5
: 5
|
2,3
ml
|
0,28
|
0,009
|
0,028
|
4
|
7
: 3
|
5,1
ml
|
0,167
|
0,062
|
0,062
|
5
|
9
: 1
|
16,7
ml
|
0,1556
|
0,2054
|
0,2054
|
No
|
Campuran
|
% CHCl3
|
% H2O
|
% CH3COOH
|
%
Total
|
1
|
1
: 9
|
0,6
|
36,1
|
3,3
|
100
|
2
|
3
: 7
|
1,56
|
86,83
|
11,61
|
100
|
3
|
5
: 5
|
7,03
|
70,36
|
22,61
|
100
|
4
|
7
: 3
|
17,7
|
47,6
|
34,7
|
100
|
5
|
9
: 1
|
49,3
|
13,3
|
37,4
|
100
|
4.2 Pembahasan
Diagram fasa
adalah representasi grafis hubungan antara batasan lingkungan (misal:
temperatur dan kadang kadang tekanan), komposisi, daerah stabilitas fasa dan
kondisi kesetimbangannya (Hadi,2016). Prinsip percobaan diagram terner yaitu
penentuan dan penafsiran diagram terner dari campuran 3 komponen yaitu
kloroform (CHCl3), asam asetat (CH3COOH) dan air (H2O)
dengan metode titrimetri. Titrimetri adalah suatu cara analisis yang
berdasarkan pengukuran volume larutan yang diketahui konsentrasinya secara
teliti (titran/penitar/larutan baku) yang direaksikan dengan larutan sampel
yang akan ditetapkan kadarnya. Pelaksaan pengukuran volume ini disebut juga
titrasi. Titrasi yaitu larutan penitar diteteskan setetes demi setetes ke dalam
larutan sampel sampai tercapai titik akhir (Rusgiyono,dkk,2013).
Pencampuran ini
berdasarkan aturan fasa untuk mencapai kesetimbangan dan mencapai tie line.
Pencampuran ini dilakukan dengan komponen-komponen yang berbeda kepolarannya, yang
dimana air bersifat polar, asam asetat bersifat semi polar dan kloroform
bersifat non polar.
CH3COOH(l)
+ H2O(l) CH3OO-(aq) +
H30+(a)
Kloroform digunakan
sebagai titrannya karena kloroform bersifat non polar. Karena sifat non polar
itulah, kloroform tidak dapat larut dalam campuran larutan air serta asam
asetat glasial, dimana air bersifat polar, sedangkan asam asetat glasial
bersifat semi polar. Pencampuran dilakukan untuk pemvariasian volume komponen
komponen yang digunakan. Pemvariasian volume dimaksudkan untuk memudahkan saat
membuat kurva diagram terner.
4.2.1 Analisis Prosedur
Diagram fase
digunakan dalam praktek untuk memformulasikan sistem yang mengandung lebih dari
satu komponen yang akan berguna bila dicapai hasil fase cair tunggal (Cammrata,dkk,1990).
Diagram fasa adalah representasi grafis hubungan antara batasan lingkungan
(misal: temperatur dan kadang kadang tekanan), komposisi, daerah stabilitas
fasa dan kondisi kesetimbangannya (Hadi,2016). Campuran dibuat bervariasi
dengan komponen 1:9, 3:7, 5:5, 7:3 dan 9:1 ditelakkan pada erlenmeyer. Pemvariasian
volume dimaksudkan untuk memudahkan saat membuat kurva diagram terner
(Cammarata,dkk,2004).
Buret disiapkan
dan diisi dengan kloroform. Kloroform bersifat non polar (Tim penyusun,2012). Kloroform
digunakan sebagai titrannya. Kloroform digunakan sebagai titrannya karena
kloroform bersifat non polar. Sifat non polar itulah, kloroform tidak dapat
larut dalam campuran larutan air serta asam asetat glasial, dimana air bersifat
polar, sedangkan asam asetat bersifat semi polar.
Setelah itu
titrasi dilakukan. Metode yang digunakan pada praktikan diagram terner ini
adalah metode titrimetri. Titrimetri adalah suatu cara analisis yang
berdasarkan pengukuran volume larutan yang diketahui konsentrasinya secara
teliti (titran/penitar/larutan baku) yang direaksikan dengan larutan sampel
yang akan ditetapkan kadarnya. Pelaksaan pengukuran volume ini disebut juga
titrasi. Titrasi yaitu larutan penitar diteteskan setetes demi setetes ke dalam
larutan sampel sampai tercapai titik akhir (Rusgiyono,dkk,2013). Setelah
mencapai titik akhir titrasi, titrasi dihentikan dan terbentuk dua fasa. Titik
akhir titrasi, biasanya ditandai dengan perubahan warna pada akhirnya.
Volume kloroform
yang dibutuhkan dicatat dan dihitung fraksi mol masing-masing komponen untuk
menentukan titik tiga komponen pada diagram terner. Tiga komponen cair yang
digunakan ialah akuades, kloroform, serta asam asetat. Setelah
diketahui volume dari masing-masing larutan, bisa dicari nilai molnya, kemudian
fraksi molnya yang nantinya dapat digambarkan diagram ternernya.
Fraksi mol
memungkinkan seseorang untuk menyatakan hubungan antara jumlah molekul zat
terlarut dan molekul pelarut secara sederhana dan langsung
(Cammarata,dkk,2004). Fraksi mol sering diguanakan dalam percobaan yang
menyangkut perumpamaan teoritis karena fraksi mol memberikan perhitungan
perbandingan mol relatif dari setiap konstituen dalam larutan.
4.2.2 Analisis Hasil
No
|
Campuran
|
Volume CHCl3
|
Mol H20
|
Mol CH3COOH
|
Mol CHCl3
|
1
|
1
: 9
|
0,3
ml
|
0,501
|
0,017
|
0,003
|
2
|
3
: 7
|
0,6
ml
|
0,389
|
0,052
|
0,007
|
3
|
5
: 5
|
2,3
ml
|
0,28
|
0,009
|
0,028
|
4
|
7
: 3
|
5,1
ml
|
0,167
|
0,062
|
0,062
|
5
|
9
: 1
|
16,7
ml
|
0,1556
|
0,2054
|
0,2054
|
Pada
praktikan ini titrat yang digunakan yaitu aquades dan asam asetat, sedangkan titran
yang digunakan yaitu kloroform. Pada titrasi yang dilakukan ada lima perlakuan
pada masing masing erlenmeyer. Asam asetat dengan akuades dicampur dengan
variasi perbandingan volume, yaitu 1:9, 3:7, 5:5, 7:3 dan 9:1. Kemudian
dilakukan titrasi menggunakan kloroform. Setelah asam asetat dan aquades
menyatu dicampur dengan kloroform hingga terbentuk kekeruhan atau titik
kekeruhan untuk mencapai kenaikan dan penurunan yang acak seperti yang gambar
diagram dan pada data pengamatan. Perhitungan fraksi mol pada diagram terner
dapat dilihat pada tabel.
No
|
Campuran
|
% CHCl3
|
% H2O
|
% CH3COOH
|
%
Total
|
1
|
1
: 9
|
0,6
|
36,1
|
3,3
|
100
|
2
|
3
: 7
|
1,56
|
86,83
|
11,61
|
100
|
3
|
5
: 5
|
7,03
|
70,36
|
22,61
|
100
|
4
|
7
: 3
|
17,7
|
47,6
|
34,7
|
100
|
5
|
9
: 1
|
49,3
|
13,3
|
37,4
|
100
|
Perhitungan
fraksi mol yang didapat digunakan sebagai tolak ukur untuk membuat diagram fasa
terner berbentuk segitiga sama sisi. Tiap sudut segitiga itu menggambarkan
suatu komponen murni. Hasil gambar dapat dilihat dibawah ini.
4.1
Gambar diagram terner
Diagram
terner dibuat dengan menarik garis. Garis yang menghubungkan titik-titik
menggambarkan kadar dari setiap zat yang terlibat adalah titik dimana terjadi
pencampuran sempurna antara ketiga zat yang terlibat dalam pencampuran ini.
Bisa diketahui titik tripel (tie line) sebagai titik pertemuan antara campuran
ketiga larutan itu. Dimana pada titik tripel (tie line) tersebut, larutan telah
tercampur secara sempurna.
Pada
penentuan garis dasi, dengan menggunakan % berat asam asetat, diperoleh fraksi
mol kloroform berturut-turut 0,6;1,56;7,03;17,7 dan 49,3. Fraksi mol asam
asetat yang diperoleh berturut-turut adalah 3,3;11,61;22,61;34,7 dan 37,4.
Sedangkan fraksi mol untuk air berturut-turut adalah 36,1; 86,83;70,36;47,6 dan
13,3. Fraksi mol tersebut dihubungkan berdasarkan berat asam asetat pada
diagram fasa tiga komponen sehingga garis dasi seperti pada grafik. Pada
penentuan konsentrat asam asetat total, semakin besar % berat asam asetat yang
digunakan, semakin sedikit juga volume yang digunakan dan semakin besar pula
konsentrasi totalnya.
Namun pada
percobaan kali ini kami memiliki kegagalan dalam membuat diagram terner, hal
ini bisa terjadi dikarenakan beberapa faktor. Salah satu diantaranya adalah
ketidaktelitian dalam melakukan percobaan, larutan yang digunakan sudah tidak steril
lagi. Sehingga hanya terjadi 1 campuran mencapai tie line yaitu pada campuran
9:1 dengan %H2O 13,3%; %CH3COOH 37,4% dan %CHCl3 49,3%.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Diagram fase tiga
komponen zat cair dapat digambarkan melalui diagram terner. Diagram terner
digambarkan dalam bentuk segitiga sama sisi. Digunakan diagram terner bertujuan
untuk memudahkan memahami pengaruh dari penambahan larutan terhadap campuran
dua larutan sebelumnya. Diagram terner dibuat dengan menarik garis. Garis yang
menghubungkan titik-titik menggambarkan kadar dari setiap zat yang terlibat
adalah titik dimana terjadi pencampuran sempurna antara ketiga zat yang
terlibat dalam pencampuran ini. Bisa diketahui titik tripel (tie line) sebagai
titik pertemuan antara campuran ketiga larutan itu. Dimana pada titik tripel (tie
line) tersebut, larutan telah tercampur secara sempurna.
5.2 Saran
Saran mengenai diagram terner yaitu
pengantian bahan yang bervariasi seperti penggantian kloroform dengan dengan
senyawa lain seperti asam asetat glasial, sikloheksana atau karbon
tetraklorida. Asam asetat dapat juga diganti dengan senyawa lain seperti
etanol. Penggantian serta bervariasinya bahan praktikan bertujuan untuk
meminimalisir limbah kimia dan meminimalisir senyawa senyawa yang tidak dapat
diperbaharui supaya dapat digunakan dalam janga waktu panjang.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifianti. L , Rice Disi Oktarina
dan Idha Kusumawati,2014, Pengaruh Jenis Pelarut Pengektraksi
Terhadap Kadar Sinensetin Dalam Ekstrak Daun Orthosiphon stamineus Benth,
Jurnal
Planta husada,Departemen Farmakognosi dan Fitokimia, Fakultas
Farmasi, Universitas Airlangga vol 2 no 1.
Cammarata,A Ph.D, Martin A Ph.D dan Swarbrick, J
Ph.D,1999, Farmasi Fisik, Jakarta :
UI-Press.
Chandra. Achmad Dwiana dan Hendra Cordova ST, MT,2012,
Rancang Bangun Kontrol pH Berbasis
Self Tuning PID Melalui Metode Adaptive Control, JURNAL
TEKNIK POMITS, ITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
Ditjen POM,1979, FARMAKOPE
INDONESIA EDISI III, Jakarta : Depkes RI.
Hadi,2016, Teknologi
Bahan, Yogyakarta : ANDI
Hardyono,2007, Pengertian
asam asetat, Medan : USU
Kemenpen RI,2016, Data
statistik pembangunan 2016, diakses pada 5 november 2016.
Milama,2014, Panduan
praktikum kimia fisik II, Jakarta : FITK-Press.
Petrucci,H.Ralph,1987,Kimia dasar jilid 2, Jakarta : Erlangga.
Rusgiyono.A,Sugito,Mahaendrajaya.I, Tana.S,W Setyo
Didik,2013, PEMETAAN PRODUKSI DAN
KOMPOSISI GARAM, PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA, UNIVERSITAS
DIPONEGORO ISBN: 978-602-14387-0-1
S, Syukri. 1999. Kimia
Dasar Jilid 3. Bandung : ITB
Tim penyusun,2012, Penuntun
Praktikum Kimia Organik II, Laboratorium kimia, FST KIMIA UDAYANA : Kupang.
LAMPIRAN
FOTO
LAMPIRAN
ACC JURNAL
LAMPIRAN
DIAGRAM TERNER
LAMPIRAN
PRETEST
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
LAMPIRAN
JURNAL
terimakasih postingannya bagus!
BalasHapusTerima kasih
Hapus